Acara televisi yang digemari banyak penonton, yaitu Termehek-mehek, mendapat sorotan tajam dari Komisi Peniyaran Indonesia (KPI). Menurut lembaga yang di antara tugasnya adalah mengawasi dan menertibkan penyiaran itu, acara Termehek-mehek membohongi penonton. Ditegaskan oleh Wakil Ketua KPI Pusat, Fetty Fajriati Misbach, tidak seluruh tayangan Termehek-mehek yang disiarkan stasiun TransTV merupakan realitas atau kenyataan.
“Mereka bilang itu reality show (pertunjukan tentang kenyataan yang sesungguhnya, red), padahal bukan. Itu membohongi masyarakat,” kata Fetty usai sosialisasi hasil pemantauan KPI di Batam, Kamis (11/6).
Termehek-mehek adalah salah satu acara televisi yang paling disukai oleh pemirsa. Tayangnya pada waktu utama (prime time) yaitu pukul 18.15-19.00 WIB serta back song-nya yang keren dan syahdu, membuat acara ini makin memikat. Acara tersebut disiarkan dua kali dalam sepekan yakni setiap Sabtu dan Minggu.
Menurut Fetty, tayangan Termehek-mehek telah dibumbui skenario yang didramatisasi. Jadi, sudah seharusnya tim program Termehek-mehek jujur dengan menyebut Termehek-mehek sebagai drama reality, bukan reality show.
“Selain itu, pemberitahuan di akhir acara yang kira-kira berbunyi, ‘Tayangan ini telah mendapatkan persetujuan semua pihak yang terlibat,’ membuktikan pembohongan,” kata Fetty. “Dengan tulisan itu, seolah-olah itu tayangan nyata,” tambahnya.
Di tempat yang sama, Panca, perwakilan Trans Corporation (perusahaan yang menaungi TransTV), mengakui bahwa Termehek-mehek tidak murni kisah nyata, melainkan drama reality.
“Dari awal, kita maunya drama reality, tetapi AC Nielsen tidak memiliki genre itu,” kata Penca. Ia sudah menduga pengotakan Termehek-mehek ke dalam jenis acara reality show akan menjadi masalah.
AC Nielsen merupakan lembaga, yang salah-satu jasanya adalah bergerak di bidang survei dan riset terhadap media massa. AC Nielsen kemudian menyusun peringkat (rating) atas tingkat daya tarik produk yang dihasilkan oleh media massa itu, yang biasanya akan dijadikan acuan bagi pemasang iklan.
Dalam hal acara televisi, semakin tinggi rating suatu acara TV menurut survei AC Nielsen, biasanya akan semakin besar menarik pemasang iklan. Berdasarkan data AC Nielsen pada akhir tahun 2008, Termehek-mehek termasuk acara televisi paling populer dengan raihan rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Ini adalah peringkat tertinggi dari semua acara yang dilabeli reality show yang ada di stasiun-stasiun televisi.
Dijelaskan oleh Aulia Indriaty, perbedaan antara reality show dan drama reality terletak pada fakta. “Reality show masuk dalam tayangan non-fiksi, sedangkan drama reality masuk pada fiksi,” kata dia.
Pada drama reality, kata dia, sebuah kenyataan bisa didramatisasi sehingga menghibur. Adapun tayangan non-fiksi harus murni kenyataan, tanpa rekayasa. “Reality show tanpa skenario, drama reality dijalankan sesuai naskah,” kata Aulia dari KPI Kepulauan Riau.
Berdasar Kisah Nyata
Dalam bahasa Jawa, istilah nggak mehek kurang lebih berarti meremehkan atau menganggap kecil sesuatu. Namun termehek-mehek mempunyai arti menangis tersedu-sedu. Acara Termehek-mehek muncul sejak sekitar Mei 2008 dan langsung menarik perhatian mayoritas pemirsa TV.
Ide acara adalah untuk membantu mencari seseorang yang lama hilang. Jalinan cerita yang ditayangkan begitu mempesona karena dibuat seakan-akan itulah adegan nyata yang sebenarnya
Pernyataan Wakil Ketua KPI yang menyebut tayangan Termehek-mehek semata sebuah drama reality, diakui sepenuhnya oleh pihak TransTV. Meski demikian, menurut TransTV, setiap tayangan Termehek-mehek dibuat berdasar true story atau kisah nyata.
“True story tetap ada sebagai patokan. Namun, ketika jadi sebuah tayangan, ada dramatisasi dan itu wajar. Ini kan tontonan, jadi harus menarik,” ujar Hadiansyah Lubis, Head of Marketing Public Relations TransTV kepada Surya, Kamis (11/6) malam.
Menurut Hadi, pelaku tayangan Termehek-mehek bisa jadi adalah pemilik kisah nyata itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan dilakoni oleh orang lain.
“Tapi, bagaimana pun ide dasarnya dari true story, yang kemudian diuraikan jadi sebuah tontonan menarik bagi pemirsa,” ungkapnya.
Ditanya lebih lanjut, Hadi tidak bisa menyebut sudah berapa episode tayangan Termehek-mehek berlangsung. Tapi, diakui Hadi, sejak awal penayangannya, rating-nya cenderung mengalami kenaikan
Berdasarkan informasi dari seorang karyawan Trans Corporation, hampir setiap hari di stasiun TV tempatnya bekerja itu diadakan casting atau seleksi bagi para pemain yang hendak berakting di Termehek-mehek.
“Casting-nya di lantai dasar, biasanya siang hari, memang nggak terlalu banyak pesertanya,” ujarnya.
Tidak ada tulisan casting Termehek-mehek yang dipasang di tempat itu. “Kalau ada tulisannya, nanti semua tahu. Kalau gini yang tahu kan cuma orang kantor,” tutur karyawan yang tak mau disebut namanya itu.
Menurut Arif, seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, kepastian bahwa Termehek-mehek bukan reality show diperoleh dari temannya yang pernah menjadi pemain dalam acara itu.
“Sehari setelah tampil di acara itu, saya telepon dia, ternyata dia menjawab itu bohongan. Dia main seperti bintang film, mengikuti skenario. Jangan heran kalau kita mendapatkan seorang pelaku bermain di dua episiode Termehek-mehek,” kata Arif.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai aspek kerugian konsumen akibat kebohongan acara Termehek-mehek bisa saja dibawa ke ranah hukum. Caranya melakukan gugatan class action atau bersama-sama terhadap penyelenggara program.
“Asal ada lebih dari satu orang bisa saja (menggugat). Tapi ya itu kembali ke konsumen apakah memang merasa dirugikan. Selama ini kan mereka diam saja,” kata Husna Zahir Ketua YLKI kepada Surya.
Namun, menurut Husna, di tengah persaingan bisnis stasiun televisi, konsumen sebenarnya punya banyak pilihan. Jika tidak suka atau merasa dibohongi oleh suatu acara, penonton sebetulnya dengan mudah bisa beralih ke siaran stasiun TV lain.
sumber : jbok
[+/-] Read more...
[+/-] Summary...